Kamis, 06 Oktober 2011

Bangun komitmen dan bersungguh-sungguhlah


Paul G. Stoltz membagi manusia dalam tiga jenis: quitters, campers, dan climbers. Hidup dengan cita-cita, bagi G. Stoltz, seperti sebuah pendakian. Mula-mulanya kamu di bawah, bukan siapa-siapa; kemudian merayap naik dengan susah payah dan mencapai puncak, memenuhi cita-cita.
            Semua orang, mungkin memiliki impian, dan awalnya ingin melakukan perjalanan untuk mendekati apa yang ia mimpikan. Namun, sayangnya tidak semua orang yang pada awalnya melakukan perjalanan sampai pada ujung jalan yang sedang ditempuhnya..., yaitu, impiannya. Ada banyak orang yang merasa kelelahan, putus asa, malas, takut, malu, atau manja; lalu memutuskan untuk berhenti melakukan perjalanan tersebut.
            Ada orang yang mulanya begitu bersemangat untuk melakukan perjalanan, semua barang sudah disiapkan, perjalanan juga sudah dilakukan. Namun, karena jalan yang ia tempuh berliku dan terjal ..., ia merasa capek, lelah, dan berkeringatan; lalu ... niatnya hendak melakukan perjalanan tersebut dibatalkan. Ia hanya memandangi ujung jalan dan hanya memandangnya sampai tua, bahkan mati.
            Kalau seperti itu, kamu adalah pencoba perjalanan, hanya pencoba biasa: ini lah yang disebut dengan quitters. Kamu hanya quitters ketika berhenti sebelum mencapai ujung jalan yang kamu cita-citakan dari awal. Sebagai quitters, kamu telah meninggalkan mimpi membahagiakan dan memilih diam atau andaikan pun melakukan perjalanan, kamu memilih jalan yang lebih datar dan mudah, serta biasa-biasa saja.
            Saat memutuskan berhenti dan menjadi orang biasa tanpa cita-cita, kamu memang merasakan keleluasaan yang luar biasa. Kamu bisa berleha-leha saat penempuh perjalanan yang lain sedang berpeluh melewati jalan yang berliku, terjal, bahkan penuh onak dan duri. Kamu bisa menonton televisi sehariaan saat teman-temanmu sedang berlatih keterampilan. Tapi, tunggulah satu tahun ke depan. Kamu akan melihat teman-teman lain yang tidak berhenti melakukan perjalanan telah berada di puncak dan dibicarakan banyak orang. Saat itu, kamu merasa tersiksa dan berkata, “Seandainya dulu saya ...!”
            Kata “seandainya dulu saya ...” adalah kata yang begitu menyakitkan. Hatimu perih, perutmu mual, dan kamu mulai menyesali diri seumur hidup. Lebih dari itu, kamu akan menjadi manusia yang sinis, murung, dan mati perasaannya. Atau, kamu akan menjadi uring-uringan tidak jelas arahnya, menyalahkan semua orang yang ada di dekatmu, “kamu, sih, dulu bilang begini ...” atau “kamu, sih, dulu nggak ngasih support ...”
            Kamu pun akan mengalihkan rasa iri dan penyesalanmu pada hal-hal yang tidak berguna. Mulanya, kamu merasa penting buat mencari cara untuk melupakan kalimat, “seandainya dulu saya ....”; lalu kamu merokok, menonton acara televisi yang sebelumnya tidak kamu sukai sama sekali, atau kegiatan mubazir lainnya. Semuanya itu kamu lakukan buat menghilangkan penyesalan karena tidak melanjutkan pendakian.
            Kemudian, kamu akan kecanduan rokok, kecanduan acara televisi, dan kecanduan bersikap sinis pada siapa pun yang mencapai puncak prestasi. Akhirnya, saat sakaratul maut, kamu akan mati penasaran.
            Jenis kedua champers. Misalnya, kamu sudah membulatkan tekad bahwa apa pun halangannya, kamu harus terus melakukan perjalanan, mendekati cita-cita. Setelah sekian lama mendaki, kamu merasa sudah berada lebih jauh dalam menempuh perjalanan tersebut ketimbang siapa pun.
            Kamu merasa cukup dan berhenti di tengah jalan. Saat itu, kamu dibayangi kalimat, “Kayaknya sudah cukup jauh, nih ...” atau “sudah, ah, buat apa sih, jauh-jauh?! Segini juga sudah di atas rata-rata ....” Lalu, kamu membuka ranselmu dan berkemah di sana, menikmati pemandangan dan rasa bangga bahwa kamu lebih hebat ketimbang yang lainnya.
            Merasa sudah hebat itu membahayakan dan menyesatkan. Cita-citamu begitu tinggi. Namun, karena merasa telah lebih hebat, kamu memutuskan untuk berhenti. Padahal, kamu belum apa-apa, belum pantas disebut siapa.
            Kalau tiba-tida virus merasa hebat itu hadir, segeralah bergaul, bermain ke universitas lain. Lihat dan cermati bagaimana mereka memiliki prestasi yang luar biasa (bagaimana dengan kamu?). padahal mereka juga sama dengan kamu, berasal dari desa yang mungkin saja sama. Bedannya, mereka memilih untuk menjadi climbers; sedangkan kamu cukup berkemah saja.
            Terakhir adalah jenis manusia climbers. Manusia jenis ini adalah manusia yang tidak pernah merasa besar kepala. Ia belum berhenti melakukan pencarian bila belum mencapai apa yang dicita-citakannya. Tentu saja, ia harus melakukan perjalanan yang melelahkan.
            Saat quitters dan champers sedang berleha-leha, seorang climbers justru sedang bersusah payah melakukan banyak latihan. Biar saja, Aristoteles pernah bilang, “Akar dari pencarian itu pahit, tapi buahnya manis.” Mulanya pahit, namun akhirnya akan manis. Semua kenikmatan quitters dan champers itu akan segera musnah ketika si climbers ini mencapai puncak cita-citanya. Bahkan, quitters dan champers akan menjadi pemuja climbers.
            Apakah kamu seorang quitters? Atau seorang champers? Mudah-mudahan, kamu menjadi climbers!
            Begitu mencapai puncak kesuksesan, kamu harus bersyukur. Bersyukurlah karena usahamu selama ini mengorbankan waktu, tenaga, konsentrasi, dan memeras otak; tidak sia-sia.
            Sahabat, kehidupan ini bukanlah geladi resik. Kamu hanya diberi kesempatan satu kali. Kalau tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kamu tidak bisa berbuat apa pun untuk mendapatkan kembali waktu yang telah lewat.
            Kamu bisa saja mengulang sebuah mata kuliah yang sebelumnya tidak lulus. Namun, itu berarti, kamu membuang-buang waktu yang seharusnya dapat kamu manfaatkan untuk melakukan hal lain.
            Sekali lagi, kehidupan ini bukanlah geladi resik yang membolehkan kamu bersantai. Kamu harus tampil hari ini, bukan besok. Saat ini pun, kamu tampil dengan kondisimu. Bila tidak menyeriusinya sekarang, kamu akan kedodoran di masa depan. Kalau pun kamu mau menganggap bahwa selama kuliah sama dengan saat bergeladi resik sebelum kehidupan yang sebenarnya, tak apa-apa juga. Namun, kamu tetap harus serius saat latihan agar saat pentas di dunia nyata, kamu sudah menjadi aktor terlatih.
            So, janganlah berpangku tangan! Segeralah melakukan apa saja yang membuatmu dapat memenuhi impianmu itu!

Mari Meresialisasikan Mimpi


Sebagai seorang mahasiswa, kamu perlu menetapkan garis finis perjalananmu selama kuliah. Ingat ya, kuliah hanyalah 4 tahun, paling lama 7 tahun, kalau di atas itu siap-siap saja bakalan DO (drop out). Kamu pun juga harus merumuskan perjalan hidupmu setelah kuliah, karena kamu tidak selamanya menjadi mahasiswa. Setelah lulus kuliah, kamu akan menjalani kehidupan yang lebih panjang lagi, bertahun-tahun sebagai orang dewasa. Masa remajamu akan berakhir ketika kamu berusia 21 tahun. Ketika itu, kamu sudah dianggap layak memikul tanggung jawab untuk menghidupi dirimu sendiri. Jadi, menetapkan mimpi bagi masa depanmu adalah bagian dari persiapan dianggap dewasa oleh masyarakat.
      Setelah kamu menetapkan impianmu, kamu sekarang harus menentukan apa saja yang harus kamu lakukan dan seberapa jauh kemampuan yang kamu gunakan dalam menempuh perjalanan menuju impianmu tersebut?
      Pertanyaan ini akan menyadarkan kamu mengenai kemampuanmu secara realistis. Kamu bisa saja bermimpi setinggi langit, namun harus (terlebih dahulu) mengukur jumlah bulu-bulu di sayapmu. Bukan berarti, kamu harus mencoret impian selangitmu itu. Yang kamu butuhkan hanyalah membuat tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemampuan kamu.
      Kamu harus menemukan pos-pos perjalanan yang mungkin di tempuh untuk sampai pada sasaran. Misalnya, untuk sampai ke titik E; kamu harus melalui pos A, B, C, D, barulah sampai di E. Membaginya menjadi bagian-bagian perjalanan membuat kamu dapat mengukur kemampuan dan waktu yang dibutuhkan.
      Setelah mengenali medan yang akan kamu lintasi, kamu harus membuat rencana perjalanan. Dari titik A, kamu harus ke titik B, C, D, dan E. Buatlah rencana konkret apa yang kamu lakukan pada masing-masing tahap perjalanan. Kamu harus menyiapkan segala sesuatu yang memungkinkan kamu dapat melalui semua titik itu.
      Kini, realisasikanlah dalam bentuk tindakan nyata secara segera dan tentu saja bertahap. Ingat, rencana yang baik adalah yang dikerjakan, bukan melulu dipikirkan. Hidup butuh makan sepiring nasi nyata, bukan gagasan mengenai sepiring nasi. Jadi, lakukanlah segera dan jangan terburu-buru.
      Untuk merealisasikan impianmu kamu bisa melakukan berbagai macam cara yang sesuai dengan kasukaanmu, yang penting modal utama yang perlu kamu miliki adalah tindakan, tekad dan kesungguhan. Nah, dari sekian banyak cara ada, berikut in adalah merupakan cara yang digunakan oleh banyak orang sukses untuk merealisasikan mimpi mereka. Sudah banyak terbukti lho, coba aja kalau kamu tak percaya!
1.      Spesifikan mimpimu
Merumuskan impian tidak perlu menunggu esok hari, atau suatu hari nanti ..., apalagi kamu beranggapan harus menunggu malam jum’at kliwon segala.. bakalan runyam urusannya... Kamu bisa menentukannya saat ini juga. Sesungguhnya untuk menjadi apa pun, semua butuh proses, tidak seperti membalikan telapak tangan. Kamu tidak bisa tiba-tiba menjadi sesuatu. Kamu pun tidak bisa berpikiran ingin mempunya Jin Aladin atau seorang Peri, yang selalu siap mewujudkan apa pun yang menjadi keinginanmu. Karena menjadi apa pun kamu, semua perlu proses dengan sebab akibatnya.
            Bukankah seorang yang telah sukses menjadi dokter kandungan, dulunya ia memang telah menanamkan semangat dan keyakinan bahwa ia ingin dan yakin bisa menjadi seorang dokter kandungan. Dia punya tujuan, cita-cita yang jelas dengan memilih menjadi seorang dokter kandungan. Kemudian ia mulai belajar dengan kesungguhan, memfokuskan diri pada pelajaran sains, ikut les, bimbingan belajar, banyak baca buku yang dapat menunjang cita-citanya, memilih jurusan IPA, bersikap positif, pandai merawat diri, menjaga kesehatan lahir dan batin, gapai nilai tertinggi di kelas, lulus SMA dengan nilai yang memuaskan, ikut tes masuk perguruan tinggi di Fakultas Kedokteran, kuliah dengan serius dan semangat, ringankan beban orangtua dengan beasiswa, aktif berorganisasi yang berguna dan mampu mendorong kemudahan dalam kuliahnya, selesai tepat waktu, lulus dengan nilai yang memuaskan, melanjutkan kuliah mengambil spesialisasi kandungan, kemudian bekerja dan mengabdi untuk masyarakat hingga akhirnya ia menjadi seorang dokter kandungan dan semuanya ia sertakan Tuhan dalam proses perjuangannya. Dan kini ia dikenal sebagai dokter kandungan yang sukses, mulia, dan bahagia.
            Lihatlah! Ia mulai dengan menetapkan pilihannya dengan menjadi seorang dokter kandungan, kemudian membuat planning atau program pencapaian cita-cita dari yang terkecil hingga yang terbesar dengan detail dan terencana. Ketahuilah oleh kamu, bahwa di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Jangan pula kamu katakan bahwa seseorang menjadi dokter kandungan karena kebetulan saja Itu perkataan yang tak bisa diterima oleh siapa pun. Ingat! Tidak ada seseorang pun akan menjadi sesuatu, melainkan semuanya diawali dengan mimpi, tindakan nyata, tekad dan kesungguhan.
            Sekarang, pertanyaannya adalah apa sih impian kamu? Kamu harus membuat impianmu secara spesifik, jelas dan terukur. Semua harus spesifik, jelas, detail dan terukur. Jangan sok idealis ingin menjadi orang yang berguna bagi, nusa, bangsa, agama, dan mertua. Kamu bakalan kerepotan untuk menentukan tindakanmu. Kamu harus merumuskan mimpimu secara spesifik dan jelas ..., misalnya, menjadi guru, dokter, polisi, politikus, trainer. Dengan demikian kamu akan mudah membuat tahapan-tahapan dan tindakan-tindakan dalam pencapaiannya. Sekali lagi spesifikan mimpimu, apa pun itu, hanya dirimu sendiri yang lebih tahu, akan menjadi apakah kamu nantinya. Yang terpenting mantapkan dan tanamkan itu dalam hatimu.
            Kemudian yang perlu kamu ketahui, bahwa menjadi apa pun hendaknya berdasarkan pertimbangan atas potensi yang telah kamu miliki. Jangan berpikir harus sama dengan orang lain, Jangan latah ..., apalagi ikut-ikutan orang lain.

2.      Tertulis
Setelah kamu tetapkan pilihan mau jadi apa kamu, maka selanjutnya tulislah pilihan itu di atas kertas atau karton dengan sebuah “pensil” (pulpen atau spidol) dengan menyertakan keinginan-keinginan kamu yang lainnya, selain dari satu pilihan utamamu. Kamu harus menuliskan mimpimu secara nyata, bukan hanya dalam ingatan saja. Karena kalau kamu menulisakan mimpimu hanya dalam ingatan saja, pasti kamu akan lupa. Sekali lagi tuliskan secara nyata, kemudian kamu harus menempelnya pada tempat yang mudah untuk kamu lihat ..., misalnya pada dinding kamarmu, agar kamu selalu di ingatkan bahwa kamu mempunyai sebuah cita-cita yang mulia. Dan hal ini akan memotivasimu untuk berjuang dalam mewujudkannya. Hingga suatu hari nanti, dari tulisan yang kamu tempel itu kamu akan melihat tinggal pun coretan-coretannya saja ..., ya, coretan karena kamu telah mencapai satu persatu impianmu.

3.      Ceritakan kepada orang lain
Apa pentingnya menceritakan pilihan kita dalam meraih cita-cita dan keinginan-keinginan kita kepada orang lain?. Atau kamu merasa malu untuk menceritakannya kepada teman-temanmu? Karena kamu takut akan ditertawakan oleh mereka. Saya yakin di antara mereka, mungkin akan ada yang menertawakan atau malah mencibir dan mencemooh. Ya, kalau itu yang terjadi santai saja, anggap aja itu sebagai pelecut agar kamu lebih termotivasi berjuang untuk mewujudkan impianmu, hingga suatu hari nanti membuat mereka menyesal dengan respon negatif mereka terhadap cita-cita yang kamu imipikan. Namun percahaylah, tidak sedikit diatara teman-temanmu yang akan mendukung dan mendoakan setiap impian yang kamu ceritakan. Dengan demikian doa dan dukungan mereka akan memudahkan kamu dalam mencapai impianmu. Yakinlah, suatu saat nanti kamu akan sadar, bahwa mimpi yang kamu ceritakan saat ini, satu persatu akan terwujud dan menjadi rangkaian jejak yang luar biasa dalam hidupmu.

4.       Visualisasikan
Memvisualisasikan impian bukan berarti mengkhayalkan sesuatu yang belum tentu kita capai. Memvisualisasikan impian akan semakin meyakinkan dan menambah kekuatan diri untuk mampu merealisasikan apa pun yang menjadi dambaan di masa mendatang. Memvisualisasikan harapan dan keinginan yang hendak kita raih akan mempermudah kita dalam menjalani proses pencapaiannya. Kita tumbuh dan menjalani proses pencapaian cita-cita dan impian layaknya kita telah menjadi apa yang kita cita-citakan.  
Apa pun medianya, lakukan saja, selama itu baik dan tidak merugikan orang lain. Nah, sekarang tugas kamu adalah bagaimana aktualisasikan  dengan berbagai visualisasi yang akan menjadi inspirasi dalam mempercepat meraih impian kamu. Contohnya: jika kamu ingin menjadi seorang guru, maka gemarlah membaca, belajarlah berbagai ilmu kepada siapa pun, beranikan diri untuk terbiasa di depan orang banyak, suka dengan dunia pendidikan, senang mengajar, suka membuat tulisan, bersikap dan berprilaku baik layaknya seorang guru. Atau ketika kamu ingin menjadi seorang public speaker, tidak ada salahnya jika di kamar atau di ruangan kamu terpampang foto atau lukisan tokoh-tokoh yang sukses di bidang itu. Kamu pun bisa menggambarkan diri kamu yang sedang berbicara di depan umum.
Sahabat, tentunya banyak lagi cara yang bisa kita lakukan dan media yang bisa dijadikan untuk memvisualisasikan impian kita. Mari memvisualisasikan impian kita, karena ia akan menjadi penyemangat kita dalam memperjuangkan dan mewujudkan apa yang menjadi impian kita. Ingat! Jika kita ingin menjadi sesuatu, maka kita pun harus hidup sesuai budaya yang kita impikan.

Milikilah Sikap Yang Baik


Kalau hanya memiliki impian, itu tidak akan  cukup. Kamu perlu memiliki sikap yang baik dan tepat untuk menggapai impianmu. Sesungguhnya, sikap kamu itu bukanlah sekadar penyumbang yang diperlukan dalam perjalanan. Lebih dari itu, sikap kamu adalah faktor utama yang menentukan apakah kamu akan berhasil menghidupkan impian.
            Sikap itulah yang menentukan seberapa jauh jarak yang sanggup kamu tempuh dalam perjalanan bahagia. Sekali lagi, sikaplah yang menentukan; bukan intelegensi, bakat, pendidikan, kekayaan, kemampuan teknis, peluang, atau kerja keras. Kenapa? Karena tingkat intelegensi, bakat, pendidikan, kekayaan, kemampuan teknis, peluang yang kamu miliki tanpa sikap yang tepat tidak akan menjadi apa-apa.
Kalau tidak memiliki sikap yang baik, kamu tidak akan pernah menikmati kesuksesan dan kebahagiaan. Sikap itulah kualitas utama. Ini ada beberapa catatan mengenai sikap yang perlu kamu renungkan dalam menempuh perjalanan menggapai mimpimu.
·         Impian tanpa kesungguhan dan tanpa usaha untuk mewujudkanya hanya akan menjadikan diri sebagai seorang yang panjang angan-angan.
·         Kesungguhan dan usaha yang dibarengi sikap positif akan mempercepat tercapainya impian.
·         Sebuah impian yang ditunjang sikap positif menghasilkan seorang dengan potensial dan kemungkinan tak terbatas.
Sikap adalah bagaimana mental kamu memandang dan menerima suatu peristiwa. Kamu bisa langsung merasa putus asa ketika mengalami suatu kegagalan atau sebaliknya, merasa mendapat tantangan. “masa sish, yang lain bisa; gue ngggak bisa!” inilah sikap positif.
Ketahuilah bahwa kalau memiliki intelegensi, talenta, pendidikan, pengetahuan teknis, peluang, uang, dan etos kerja yang kuat, tapi tidak mempunyai sikap yang tepat; kamu tidak akan pernah menikmati kesuksesan.
Seorang ahli mengatakan, “Sikap itulah kualitas pertama yang menandai kesuksesan seseorang. Kalau kamu memiliki sikap yang positif dan berfikir positif, serta suka tantangan dan situasi-situasi sulit; kesuksesanmu telah separuhnya tercapai.”
Sahabat, kamu ditentukan oleh sikap sebelumnya.
Misalnya, kamu meremehkan suatu mata pelajaran saat SMA dulu, maka sikap meremehkanmu itu akan menentukan siapa diri kamu sekarang ini. Bila dulu sewaktu di SMA kamu menganggap perlu belajar bahasa inggris dan menyikapi rasa capek pulang balik ke  tempat kursus sebagai  sesuatu yang wajar, saat ini kamu sudah menuai hasil: lancar berbahasa inggris.
Bila hidup menganggap itu bagaimana nanti, lalu bersikap bahwa semuanya bisa ditunda; kamu akan kehilangan banyak waktu. Persis seperti balap lari yang kamu tunda-tunda, sementara yang lainnya sudah berlari jauh. Kamu tak bisa menyusulnya dan menjadi pemenang. Bisa jadi, kamu sampai titik finis ketika yang lain sudah bersantai-santai di rumahnya.  Atau, kamu akan mengundurkan diri karena malas ketika melihat peserta lain sudah menyelesaikan lomba. Maka, apa pun yang kamu dapatkan hari ini bergantung sikap kamu sebelumnya.
Sahabat, kalau kamu ingin mengubah sikap, mulailah dengan mengubah perilaku. Dengan kata lain, mulailah berakting sebaik mungkin sebagai sosok yang kamu cita-citakan. Secara bertahap, sosok negatif dalam diri kamu akan memudar.
Tindakan yang terus menerus akan mengubah kamu. Kita adalah kebiasaan kita. Kalau membiasakan diri bertindak sebagaimana seorang ilmuwan, kita akan menjadi ilmuwan. Kalau membiasakan diri sebagai seorang artis, kita akan menjadi artis. Maka, bacalah biografi seseorang tokoh yang kamu kagumi, lalu tirulah bagaimana ia mengatur hidupnya, bagaimana ia bangun tidur sampai ia tidur kembali. Bertindaklah sebagaimana ia beraktivitas dan tentu saja jika kamu ingin menjadi orang terbaik contohlah yang terbaik.

Bermimpilah, karena dia adalah harapan


Kamu hidup di dunia ini bagaikan seseorang yang sedang menempuh perjalanan. Entah disadari atau tidak, kamu pasti menuju akhir kehidupan ini. Jadi, pertanyaan sesungguhnya bagi kamu semua adalah apakah kamu mau memilih tujuan dan menempuh arah yang lurus atau membiarkan diri kamu hanyut terbawa arus (membiarkan orang lain menentukan di mana kamu akan berakhir). Namun, semua itu harus kamu sendiri yang memilih dan menentukan. Mau ke mana?
                Pertanyaan ini tidaklah mudah untuk di jawab. Masalahnya adalah terlalu banyak orang yang menjalani hidup tanpa tujuan yang jelas, misalnya dengan berdalih “saya, mah, mengalir seperti air saja, kemana arus membawa, kesitulah tujuanya”.
                Asal kamu tahu, air itu mengalir bukannya tanpa tujuan. Air mengalir dengan gerak terarah: menuju ke  muara atau menuju langit melalui penguapan. Jadi, pada kata “mengalir” ada arah tertentu yang menjadi pedoman oleh air dalam menetukan tujuan akhirnya.
                Bila hidup tanpa tujuan, kamu akan ditelan oleh tipuan gerak. Seakan-akan kamu bergerak, melakukan banyak aktivitas, padahal kamu tidak melakukan apa-apa. Mahasiswa biasanya sangat sibuk dengan ikut kegiatan ini dan itu, tanpa tujuan yang jelas dan semuanya itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
                Ini persis seperti tikus di dalam roda. Ia berlari kencang sampai berkeringat dan kelelahan. Tapi kenyataannya, ia tetap saja berada di tempat yang sama. Nah, begitu juga kamu..., kalau kamu tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupmu, kamu hanya mendapatkan rasa capek dan mata nanar dalam setiap aktivitasmu, selebihnya kamu tak dapat apa-apa. Celakanya, saat kamu menyadari semua itu, waktu sudah berkurang, dan usia kamu semakin tua, akhirnya kamu pun mati penasaran. Iiih menakutkan..
                Sahabat, sukses adalah sebuah pencapaian, dari sebuah kombinasi antara tujuan, harapan dan gerak atau action. Kamu tak bisa tiba-tiba menjadi sukses ketika tiba di suatu tempat tertentu tanpa melakukan sesuatu. Untuk dapat melakukan perjalanan, tentu saja kamu butuh menentukan dulu titik akhirnya, atau tujuannya. Perlu diingat, kamu tidak mungkin memenuhi maksud dan mengembangkan potensimu bila tidak tahu ke arah mana kamu seharusnya menuju. Kamu perlu memperjelas tujuan hidupmu. Dengan kata lain, kamu perlu menemukan impianmu sendiri.
*****
                Perlu kamu ketahui, ternyata sebagian mahasiswa hidup tanpa impian. Kuliah... ya,  hanya sekedar kuliah. Kamu bisa lihat bagaimana kehidupan mereka yang tanpa impian. Memang kalau dilihat sepintas kehidupannya tampak menyenangkan, tak ada kerut di kening, tak ada masalah sama sekali. Pergi kuliah tanpa persiapan, pulang kuliah pun tanpa beban. Semuanya berjalan begitu enteng, tanpa ada beban apa-apa.
                Bila kamu termasuk golongan ini, segeralah bayangkan apa jadinya kamu 5 tahun ke depan. Coba kamu bayangkan ketika kamu selesai kuliah nanti dan kamu pulang ke rumah dengan gelar sarjana, namun kamu bingung apa yang bisa kamu buktikan kepada orang tua dan orang di sekitar kamu, bahwa kamu memang layak menjadi seorang sarjana. Kalau kamu tidak bisa melayakkan diri, bahwa kamu adalah seorang sarjana, kamu memang sudah kebangetan. Bayangkanlah ada banyak anak miskin yang tidak bisa sekolah sama sekali karena tak ada uang walaupun hanya Rp. 1.000,00; sedangkan kamu, untuk kuliah, menghabiskan sekian juta rupiah. Kalau kamu tidak bisa menjadi sesuatu, saya yang bingung: sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini?
                Makanya sebagai mahasiswa kamu kudu punya impian. Ya ... iya lah, mahasiswa gitu ..., kaum intelektual. Asal kamu tahu aja ya, sebagian mahasiswa mempunyai impian akan mendapat jodoh seperti kisah cinderela. Mereka berharap dapat menemukan pangeran yang sudi mencintai dirinya melalui sepatu yang tertinggal. Bagi yang pria, mereka ingin menemukan putri yang ditemani peri penuh mukjizat, yang mau menjadi pasangannya dengan satu kali pertemuan.
                Sebagian yang lain kuliah dengan tujuan yang labil. Mereka mungkin punya idealisme tertentu untuk menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa, agama, dan mertua. Namun, karena tujuannya terlalu lebar, mereka jadi kerepotan menentukan apa yang harus dilakukannya dan bingung menentukan mana kegiatan yang menjadi prioritasnya. Karena melihat teman-temannya pada ikut kegiatan ekstra tertentu..., ia pun bingung, kegiatan ekstra mana yang harus dimasukinya. Akhirnya, ia mendaftar menjadi anggota semua ekskul sehingga semua waktunya habis untuk mengunjungi semua kegiatan ekskul itu.
                Mungkin, kamu adalah mahasiswa yang memiliki tujuan dan mimpi yang begitu kuat. Kamu memiliki tujuan yang jelas dan karenanya menempuh perjalanan kuliah dengan cara-cara yang efektif dan efisien. Namun, jika kamu tidak hati-hati dan memiliki komitmen yang kuat, bisa saja kamu akan terbawa arus, karena begitu banyaknya mahasiswa lain di sekitar kamu yang hidupnya “tanpa tujuan”.
                Maka, sebaiknya kamu segera merumuskan impian-impian secara jelas. Tanpa impian yang jelas, kamu akan kebingungan menjalani kehidupan ini, dan bisa jadi kamu akan seperti mayat hidup,... ngerikan? Makanya, sekali lagi kamu harus segera merumuskan impianmu. Dengan impian tertentu, kamu tahu apa yang mesti kamu lakukan dan perjuangkan.
                Sahabat, impian adalah awal dari segalanya. Semua yang kita miliki bermula dari mimpi,“kalau saja ....” Tak pernah dibayangkan bahwa ada manusia yang tanpa mimpi, entah apa jadinya. Maka bermimpilah hai manusia, rumuskan mana keinginanmu yang paling kuat. Nah, agar kamu semakin yakin dalam merumuskan mimpi, berikut ini adalah uraian mengenai beberapa manfaat mimpi.
·      Impian memberi kita arah
                Pernahkah ada orang sukses yang tidak didahului oleh mimpi atau keinginan? Tak pernah bukan. Kita semua membutuhkan sesuatu yang akan kita tuju. Apa yang kita tuju, itulah impian. Impian dengan demikian dapat berfungsi sebagai kompas. Ia memberi kita arah ke mana kita akan melangkah. Melalui impian itu, kita bisa melangkah dan mengukur seberapa mundur atau pun maju kita dari impian itu. Tanpa impian, apa yang kita tuju itu mustahil untuk diperoleh.
·      Impian meningkatkan potensi
                Setelah melangkah dituntut oleh impian, kamu pun akan dikondisikan untuk meningkatkan potensi-potensi yang dapat mendukung tujuan itu. Mulanya, mungkin kamu tidak begitu berani melewati jalan yang belum pernah kamu tempuh, atau kamu belum begitu berani melintasi jalan yang gelap gulita. Namun karena ada keinginan kuat untuk sampai di ujung sana, kamu mengumpulkan keberanian untuk melewati jalan yang belum pernah kamu tempuh, atau jalan yang penuh dengan kegelapan itu. Bila kamu berhasil melewati ujian tersebut, satu potensimu telah muncul, yaitu berani.
                Bila kamu merasa tak memiliki potensi apa-apa, cobalah membuat sebuah mimpi. Melalui mimpi itu, kamu akan terdorong untuk melatih apa pun yang mungkin kamu miliki, walaupun sebenarnya tak ada seorang pun yang tanpa potensi. Semuanya sama ciptaan Tuhan yang Mahaadil. Jadi, pastilah pada semuanya diberikan potensi untuk menjadi seorang manusia yang hebat.
·      Impian membantu kita menentukan prioritas
                Kalau bermimpi ingin menjadi penyanyi, kamu akan lebih memilih latihan vokal ketimbang menonton film. Kalau kamu bermimpi menjadi bintang film, niscaya kamu akan memilih latihan akting ketimbang menonton realiti gosip di teve. Kalau kamu ingin jadi penulis, tentunya kamu akan banyak baca buku ketimbang menggosip.
                Ini jelas menunjukan bahwa melalui mimpi yang kuat, kamu bisa menentukan pilihan kamu. Jadi, bila kamu begitu plinplan, gampang menyerah pada keadaan; itu menandakan bahwa kamu benar-benar hidup tanpa mimpi.
·      Impian itu meramalkan masa depan
                Ini sebenarnya sudah jelas. Impian yang kamu upayakan dengan sangat sungguh-sungguh, niscaya akan menyusun masa depanmu. Masa depan kamu memang begantung pada mimpi yang kamu perjuangkan.
                Tanpa mimpi, kamu tak akan bisa bergerak. Ini berarti, kamu akan menetap pada masa sekarang. Padahal waktu terus berubah. Orangtua yang selama ini memberi kamu beasiswa, suatu ketika akan meninggal dunia. Kamu harus hidup sendirian, menanggung beban hidup dengan cara kamu sendiri. Dalam situasi seperti ini, apakah kamu akan tetap tidak bermimpi bagi masa depanmu?
                Bila kamu kebingungan menangkap makna mimpi, baiklah akan diperjelas. Mimpi adalah keinginan yang kuat, niat yang menjadi dasar dari tindakan, atau tindakan yang terarah.
                Niat sendiri dalam bahasa latin adalah intention atau melenturkan diri menuju. Kamu ada di sini dan ingin melenturkan diri menuju masa depan yang kamu tuju, itulah mimpi.
                Kamu harus mencoba merumuskan niatmu kuliah. Pertanyaan untuk kamu adalah mau dilenturkan ke mana dirimu saat ini? Kamulah yang memilih dan menentukan, apakah kamu mau menjadi seorang yang berharga di masa depan atau tidak menjadi apa-apa?
                Biasanya, mimpi dihadang oleh pikiran “kemustahilan”. Misalnya kamu berpikir mustahil untuk menjadi ini dan itu, “aku kan dari kampung, mana mungking ...” makanya kamu kudu percaya Allah, kemudian baru percaya diri. Ingat Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Karenanya, buang jauh-jauh pikiran seperti ini! Tak ada yang tak mungkin bagi orang yang berusaha.
                Cara membuat impian sangatlah sederhana. Gunakan imajinasimu, lalu bayangkanlah dirimu pada lima tahun ke depan: apa yang sedang kamu lakukan pada lima tahun ke depan itu? Bagaimana kehidupanmu dan penghargaan orang terhadap kamu? Dari bayangan masa depan itu, kembalilah ke masa sekarang. Apa yang perlu kamu lakukan agar mampu mencapai masa depan yang kamu impikan tersebut?
                Sesekali, cobalah berdiam sejenak. Tarik napas dengan tenang dan bayangkanlah masa depanmu dengan jujur. Seperti apakah masa depanmu itu? Namun, perlu kamu ingat, mimpi yang dimaksud bukanlah hanya angan-angan kosong, melainkan harus dikejar dan diperjuangkan. Jika kamu hanya berangan-angan belaka, tentu kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang kamu impikan. Rasul pun melarang kita berangan-angan.
Lalu bukankah mimpi dan angan-angan itu sama?
Perlu kamu ketahui, impian berbeda dengan angan-angan. Angan-angan tidak memerlukan tindakan, sedangkan impian membutuhkan perjuangan untuk menggapainya. Nah, jika kamu punya impian, tapi tanpa kamu tindak lanjuti berupa tindakan, maka itu akan hanya menjadi angan-angan belaka.
                Gimana, sudah menemukan impian kamu?
                Kalau kamu tidak terbiasa melakukan meditasi, kamu bisa melakukannya dengan menjawab tiga pertanyaan ini (Dikutip dari Stephen Covey, The 7 Habits of Highly Effective People, h. 35, Jakara: Bina Rupa Aksara, 1997).
1.       Apakah yang ingin kamu miliki (to have) dalam hidup?
2.       Bila telah memilikinya, apa yang ingin kamu lakukan (do) dalam hidupmu?
3.       Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak (be)?
                Misalnya, kamu bisa menjawab bahwa kamu ingin memiliki banyak uang dalam hidup ini. Setelah punya uang, kamu mau apa? Kamu mau membeli banyak barang mewah. Setelah itu, apa lagi? Membahagiakan kedua orangtua dan keluarga tercintamu. Terus apa lagi? ... setelah semua apalagi itu kamu jawab, kini jawablah pertanyaan terakhir, ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak? Pertanyaan terakhir ini penting, karena untuk merealisasikan keinginanmu yang pertama dan ke dua, kamu perlu menemukan jawaban dari pertanyaan yang terakhir (ke tiga) tersebut.
Bila kamu masih juga susah merumuskan impianmu sendiri, luangkanlah waktu sebentar untuk menjawab pertanyaan berikut ini yang saya ambil dari buku ”Nggak Sekedar Ngampus” karya Bambang Q-Anees. Kamu tidak perlu mempersiapkan diri untuk susah-susah belajar ..., misal seperti kursus, apa lagi nyontek, dan lebih berbahaya lagi mepersiapkan uang buat nyogok agar kamu bisa menjawab..., udah kaya pejabat aja. Kamu santai aja, ini bukan ujian yang membutuhkan nilai besar. Ini adalah ujian kejujuran  kamu tentang diri kamu sendiri. Kamu bisa saja menuliskan jawaban yang bagus-bagus; tapi percayalah, menipu diri itu lebih merugikan bagi diri kamu sendiri.
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu kamu jawab:

A.   MASA LALU SAYA. Tidak ada impian yang tumbuh dari kepasifanmu. Ia tumbuh dari kehidupanmu sendiri. Pada dirimu terdapat sejumlah potensi yang menjadi modal untuk menumbuhkan impian. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut untuk melihat bagaimana kamu telah dipersiapkan.
1.       Apa sajakah bakat terbesar saya?
2.       Apakah kekuatan karakter saya yang terbesar?
3.       Apa kata orang yang tidak mempunyai kepentingan tentang kepandaian saya?
4.       Seluruh masa lalu pastilah mempersiapkan saya menjadi sesuatu. Berdasarkan pada pengalaman masa lalu, kira-kira saya ini lebih tepat melakukan apa?
5.       Kegiatan apakah yang membuat saya begitu bersemangat dan secara senang hati melakukankannya walaupun secara Cuma-Cuma?
6.       Apakah kegiatan tersebut begitu pentingnya sehingga saya rela mati demi kegiatan tersebut?
B.      MASA SEKARANG. Ada orang yang merasa kecil hati ketika menemukan dirinya saat ini tidak seperti yang ia harapkan. Tapi, apa yang kini teralami menjadi modal terbesar bagi perumusan impian.
1.       Apa sajakah modal hidup yang saya miliki sekarang? (termasuk waktu, uang, sumber daya manusia, peluang, dan sebagainya)
2.       Keadaan apa sajakah yang sekarang ini dapat saya ubah secara positif agar saya dapat memiliki banyak modal hidup atau mimiliki peluang yang besar?
3.       Apakah yang saya miliki saat ini ada yang unik? Misalnya, tempat tinggal, tempat saya dalam sejarah, tempat saya sekarang kuliah, orang-orang yang saya kenal.
C.   MASA DEPAN. Berdasarkan masa lalu (penemuan modal dasar), lalu digabungkan dengan masa kini (penemuan peluang); kamu bisa menyusun masa depan. Nah, sekaranglah saatnya kamu bertanya pada diri sendiri. Seandainya saya bisa menjadi apapun, ingin menjadi apakah saya?
Tunggu apa lagi, rumuskan segara impianmu! Ingat ...“Hidup kamu ditentukan tidak sebanyak apa yang disediakan Allah untuk kamu, namun perhatian, sikap dan kesungguhan kamu akan sangat menentukan seberapa banyak yang akan kamu dapatkan di kehidupan ini”